Sepanjang sejarah, manusia selalu ingin tahu bagaimana alam semesta yang
 tak bertepi ini berawal. Kemanakah ia menuju? Bagaimana hukumnya 
menjaga tatanan keseimbangannya bekerja?
Alam semesta diciptakan atau sudah ada dengan sendirinya???
Pertanyaan diatas  mungkin akan muncul dalam benak setiap insan,  menimbulkan berbagai pemikiran dan berbagai presepsi yang mendatangkan perkiraan, anggapan, hipotesis, teori, pembuktian ilmiah tentang keberadaan alam semesta itu sendiri. Sepanjang sejarah para ilmuwan telah melakukan beberapa riset ilmiah untuk mengungkapkan proses terjadinya alam semesta. Mulai dari teori sederhana sampai teori yang mungkin dapat diterima untuk saat ini. 
Pada abad ke 19, para ilmuwan meyakini bahwa keberadaan alam semesta sudah ada sejak jaman dahulu kala dan akan terus ada untuk selamanya. Paham ini yang dijadikan dasar oleh paham materialisme.  Pandangan  ini  menyatakan bahwa keberadaan alam semesta tidak diciptakan oleh siapapun serta tidak akan berawal maupun berakhir.
Matrealisme adalah paham yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan bulat, dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar 
pada kebudayaan yunani kuno dan mendapat penerimaan yang meluas diabad 
ke-19, cara pandang ini menjadi terkenal dalam bentuk paham matrealisme 
Dialek Di A Karl Marks.
Para penganut paham matrealisme meyakini model alam semesta tak hingga 
sebagai dasar paham atheis mereka. Misalnya dalam bukunya “Principes 
Fondamentaux of Philosophie (1980)” (Filsuf matrealism) oleh Georges 
Politzer mengatakan alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan dan ia
 menatakan “Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh tuhan 
dengan seketika dari suatu ketiadaan”.
Penemuan Dentuman Besar
Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan Astronomi modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusi,
Teori Pembentukan Alam Semesta
Penemuan Dentuman Besar
Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan Astronomi modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusi,
Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan 
bahwa, struktur alam semesta tidaklah
statis dan bahwa impuls kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur
keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. 
George
Lemaitre adalah orang pertama yang menyadari apa arti perhitungan Friedman.
Berdasarkan perhitungan ini, astronomer Belgia, Lemaitre, menyatakan bahwa alam
semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu
yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari "sesuatu" itu.
Pemikiran teoretis kedua ilmuwan ini tidak menarik banyak
perhatian dan barangkali akan terabaikan kalau saja tidak ditemukan bukti
pengamatan baru yang mengguncangkan dunia ilmiah pada tahun 1929. Pada tahun
itu, astronomer Amerika, Edwin Hubble, yang bekerja di Observatorium Mount
Wilson California, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi.
Ketika mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan
bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spektrum, dan
bahwa pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi.
Penemuan ini mengguncangkan landasan model alam semesta yang dipercaya saat
itu. setelah penemuan tersebut diatas, dapat menimbulkan presepsi baru bahwa keberadaan alam semesta ini, bukan dengan sendirinya, melainkan ada Yang Maha Pencipta di belakangnya.
Para ilmuwan tidak berhenti disitu dalam pencarian hakikat asli dari penciptaan alam semesta, dari tahun ke tahun mereka melakukan banyak riset ilmiah akan kebenaran dari beberapa teori dan hipotesis yang muncul. 
Teori Pembentukan Alam Semesta
A.      Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membantuk planet. 
B.       Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
C.     Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
D.      Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
E.     Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.
F.      Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang,  membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha dahsyat.  
Tidak ada komentar:
Posting Komentar