1.      
Hipotesis Nebula 
Hipotesis
Nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775 M. kemudian
disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796 M. Ia mengatakan
bahwa  tata surya itu terbentuk dari
kabut panas yang berpilin. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan
hipotesis Nebula Kant-Laplace.  Laplace
menegaskan bahwa sistem tata surya yang berasal dari kabut tersebut kemudian
mengalami kondensasi. Pada proses kondensasi tersebut terdapat bagian dari
kabut yang terpisah  dari pusatnya. (hlm.
97)
Setelah
proses kondensasi tersebut, kabut yang terpisah sedikit demi sedikit mendingin
dan pada akhirnya membentuk planet-planet.  Sebenarnya dalam pembentukannya tidak langsung
berupa planet-planet, namun masih berupa kabut raksasa yang terdiri dari unsure
hidrogen dan helium. Kedua unsur tersebut merupakan satu-satunya elemen yang
terbentuk dalam jumlah besar selama proses dentuman besar (big bang) yang
diyakini menandai awal terciptanya alam semesta.
Bintang-bintang
seperti halnya Matahari lahir secara berkelompok dalam kompleks-kompleks awan
besar yang termampatkan yang dinamakan nebula. Diantara salah satu Nebula yang
terkenal yang menjadi tempat kelahiran banyak bintang adalah sebuah bercak
samar di rasi Orion  yang dikenal sebagai
Nebula Orion. Dilihat dari bagian luar, sebuah nebula Nampak gelap dan suram,
namun dibagian dalamnya mereka teriluminasi dengan cemerlang oleh
bintang-bintang yang baru lahir. Setelah itu, bintang – bintang muda itu melanglang
keluar dari tempat kelahirannya di galaksi induknya.
Kabut
ini terbentuk dari debu, es dan gas yang selnjutnya disebut Nebula. Unsur dari gas sebagian besar merupakan hidrogen. Karena  gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut
tersebut mulai menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu
kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksaasa yang disebut matahari.
Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin
gas dan es terlontar kesekeliling Matahari.
Maka akibat
gaya gravitasi itu gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya
dan membentuk planet-planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar pun terbentuk. Salah satu bentuk adanya keberatan dari hipotesis  ini adalah ditemukannya dua buah satelit pada
Yupiter dan satu satelit pada Saturnus yang berputar berlawanan arah dengan
rotasi planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan satelit tersebut bukan
merupakan bagian dari planetnya, jika disesuaikan dengan hipotesis nebula.
2.      
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis
Platesimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.
Moulton pada tahun 1990. Hipotesis ini bertitik tolak pada pemikiran teori
nebula yang mana sistem tata surya kita berawal dari kabut gas yang sangat
besar yang mengalami kondensasi. Perbedaannya terletak pada asumsi bahwa
terbentuknya planet-planet itu tidak harus dari satu badan, bahkan diasumsikan
ada bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat dan mendekati bintang lain
yang lebih kecil, kemudian kabut bintang lain tersebut terpengaruh oleh daya
yarik matahari dan setelah dingin terbentuklah benda-benda yang disebut
planetisimal.
Planetisimal
merupakan sebuah benda kecil yang padat, dengan adanya daya tarik-menarik antar
benda itu sendiri, benda-benda kecil tersebut menggumpal menjadi benda besar
dan panas. Hal ini diakibatkan oleh tekanan akibat akumulasi daei massanya, dan
teori inilah yang mampu menjawab mengapa ada satelit-satelit pada planet Jupiter maupun Saturnus yang mempunyai orbit berlawanan  dengan rotasi planet-planet tersebut. Menurut
teori ini suatu ketika ada sebuah bintang yang berpapasan dengan matahari pada
jarak yang tidak terlalu jauh. 
Akibatnya
terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, dan
sebagian massa matahari tertarik kearah bintang tersebut. Pada waktu bintang
itu menjauh, menurut Chamberlain sebagian massa matahari itu jatuh pada kembali
ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur keruang angkasa di sekitar
matahari. teori ini pada prinsipnya juga hamper sama dengan teori pasang surut
yag dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917 M.
3.      
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis
pasang surut bintang pertama kali  dikemukakan oleh oleh James Jean dan Herold
Jaffries pada tahun 1917 M. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan
hipotesis Planetisimal namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya Matahari. teori ini menerangkan  bahwa
ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati Matahari dan
kemudian menghilang, pada saat itu sebagian Matahari tertarik dan lepas,
lepasan Matahari tersebut yang membentuk Planet-Planet.
Tokoh pelopor
hipotesis ini juga melukiskan bahwa setelah bintang itu berlalu massa matahari
yang lepas membentuk sebuah cerutu yang menjorok kearah bintang, lalu akibat
dari menjauhnya bintang tersebut, massa cerutu itu terputus-putus dan menbentuk
gumpalan gas disekitar Matahari. gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku
dan menjadi Planet-Planet. Teori ini menjelaskan apa sebabnya Planet-Planet
tengah seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet raksasa
sedangkan planet dibagian ujung seperti merkurius, dan venus yang berada di
dekat matahari disebut sebagai planet kecil.
4.      
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda bernama G.P. Kuiper
(1905-1973 M). hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5.      
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis ini
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956 M. Hipotesis ini
mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleg gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Tulisan ini disadur dari buku Pengantar Ilmu Falak : Menyimak Proses Terbentuknya Alam Semesta karya Bapak Drs. K.H. Slamet Hambali M,Si.
Terima Kasih Guruku Bapak Drs. K.H. Slamet Hambali M,Si., atas ilmu yang panjenengan berikan selama ini pada kami. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar