Kamis, 03 April 2014

Kontroversi Big bang




Kosmologi berasal dari kata kosmos, yang berarti alam semesta, jadi cosmology berarti ilmu yang mempelajari mengenai kosmos atau alam semesta. Pada tahun 1931 seorang astrofisikawan dan pendeta bernama Georges Lemaitre yang berasal dari Belgia mulai membayangkan bahwa alam semesta yang menurut Hubble berkembang mengambil arah yang berlawanan, yaitu ia beranggapan bahwa awal dari perkembangan itu adalah suatu benda dengan kerapatan tak terbatas yang kemudian berkembang hingga menjadi besar  seperti sekarang ini. Ialah pencetus awal teori bigbang, Kemudian yang terjadi adalah gayung bersambut dan ide ini berkembang.

Sekarang ini para kosmolog telah sampai pada tahap merekonstruksi bagaimana bentuk interaksi awal alam semesta sesuai teori bigbang. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, Bigbang (dentuman besar) bukanlah seperti ledakan bom, tetapi bigbang adalah bagaikan mengembangnya sebuah balon, menurut para ahli kosmologi, bigbang tidak terjadi di suatu tempat, tetapi bigbang adalah pengembangan materi dan ruang yang kita lihat.   Untuk lebih memahami mengenai Bigbang ada baiknya kita mempelajari kronologis pembentukan alam semesta menurut versi Para “Bigbangist”.
Para ahli kosmologi memperkirakan pada 0,0001 detik awal dentuman, alam semesta dipenuhi oleh photon (partikel sinar) berenergi tinggi, dengan temperatur diatas 1.000.000.000.000 (satu trilyun) derajat Kelvin dan kerapatan lebih dari 50 juta ton per cm kubik.   Pernah dilansir di kompas bahwa Dr. Stephen Hawking ahli astrofisika terkenal mengatakan bahwa setelah mengutak-atik angka secara matematis, ia dapat menarik kesimpulan bahwa bigbang awal berukuran kira-kira sebesar bola tenis, pendapat mengenai ukuran massa/kerapatan awal big bang selalu berubah, bila pendapat diatas dihitung maka kerapatan massa awal alam semesta bisa dihitung, yaitu kurang lebih volume bola tenis dalam cm kubik, dikalikan dengan 50 juta ton.
·         3.14 X 5cm X 5cm X 50 juta ton = 3,925 milyar ton
Bila dibandingkan dengan massa yang ada di alam semesta sekarang ini berbeda jauh,sedangkan massa bumi saja 59.760 miliar ton (Tempo 4-10 Juli 2005)   jumlah materi/massa yang ada di alam semesta sekarang jauh lebih besar dan energinya anda dapat hitung sendiri dengan persamaan Einstein yang terkenal yaitu E = MC². Nampaknya dua pernyataan ini tidak sinkron.
Lantas bagaimana partikel cahaya berubah menjadi massa?  Prosesnya yaitu, bila dua buah photon berenergi sangat tinggi (photon sinar gamma) bertumbukan, akan menghasilkan partikel materi dan partikel anti-materi, tetapi bila partikel materi dan anti-materi bertumbukan kembali, maka materi akan kembali berubah menjadi photon berenergi tinggi, yaitu photon sinar gamma.  Awal alam semesta merupakan sop energi yang bolak-balik dari photon jadi partikel dan dari partikel berbalik menjadi photon kembali.  Sementara hal ini berlangsung terus, alam semesta mengembang, dengan demikian frekuensi gelombang sinar gamma menurun, sebagai akibatnya maka energi photon nya pun menurun (energi sinar gammanya telah turun dibawah energi proton atau netron).  Dengan demikian maka sinar gamma tidak mampu memproduksi proton dan neutron, sehingga partikel bergabung dengan anti partikel dan mengubah massa menjadi photon, bila tidak ada yang tersisa maka alam semesta ini hanya  terbentuk dari cahaya, tetapi menurut mekanika kuantum ada sebagian kecil partikel normal yang tersisa (tidak kena anti partikel),  setiap milyar proton yang hancur oleh anti proton, tersisa satu proton yang tidak mendapatkan anti partikel, demikian seterusnya, schingga akhirnya kita hidup dalam alam semesta normal yang sangat sulit menemukan anti partikel.
Dari usia 0,0001 detik sampai usia 4 detik, ekspansi big bang memproduksi pasangan elektron-positron (positron adalah elektron yang bermuatan positif) yang 1800 kali lebih kecil daripada proton dan netron, jadi sampai usia empat detik ekspansi big bang memproduksi elektron, proton dan neutron. Pada usia 3 menit proton dan neutron bergabung membentuk deuterium, yaitu inti atom hidrogen berat, dan pada menit berikutnya terjadi reaksi penggabungan lagi (fusi) yang mengubah deuterium menjadi helium. Sesudah itu untuk sementara atom lebih berat tak dapat terbentuk.
Setelah usia alam semesta mencapai 30 menit, alam semesta menjadi agak dingin, reaksi nuklir telah terhenti, 25 persen massa berubah menjadi helium, sedangkan sisanya berbentuk proton, yaitu inti unsur hidrogen.  Unsur-unsur lebih berat belakangan akan terbentuk oleh nukleo sintesis (pembentukan inti) dalam bintang-bintang besar.
Usia sejuta tahun bagi manusia sangatlah panjang, tetapi bagi alam semesta usia ini dianggap bagaikan usia bayi, alam semesta masih dipenuhi radiasi, sinar gamma masih berinteraksi dengan materi, gas terionisasi, sebab suhu masih terlalu panas bagi nukleus untuk menangkap elektron dan membentuk atom netral.  Lewat sejuta tahun alam semesta telah cukup dingin (3000 derajat kelvin), sehingga nukleus atom telah mampu mengikat elektron untuk membentuk atom netral, radiasi juga telah bebas berkelana di seluruh alam semesta yang sedang berkembang.
Sekarang alam semesta tidak lagi didominasi oleh radiasi, materi telah bebas berkelana dalam pengaruh gravitasi, alam semesta sekarang didominasi oleh materi. Inilah rekonstruksi awal pembentukan alam semesta yang dipercaya oleh “mainstream ” astronomer. Kelihatannya rekonstruksi sejarah bigbang sangat logis, tetapi para kosmologis tetap tidak bisa menjawab banyak hal.  Umpamanya:
1.       Apa yang menyebabkan bola bigbang mendingin sehingga bisa mengembang?  Maksudny apakah bola energi dan materi sebelum mulai mengembang stabil untuk sementara waktu sebelum mengembang atau malah bola energi dan materi bigbang tidak pernah stabil?  Mengapa materi yang tadinya homogen, akhirnya mengelompok membentuk nebula dan akhirnya melahirkan gugus-gugus galaksi dan gugus-gugus super?
2.       Di alam semesta terdapat atom helium yang sangat banyak, hal ini menandakan bahwa banyak galaksi yang telah mati dimasa yang lalu dalam jangka waktu yang lama sekali,  timbul pertanyaan, berapakah sebenarnya usia galaksi?  Tentu seharusnya lebih kecil daripada usia bigbang, mengapa usia galaksi demikian pendek?
3.       Galaksi berputar pada pusat massa gugus sehingga ada yang menjauh dan ada yang mendekat, bila benar alam semesta mengembang  secara homogen seharusnya semua galaksi menjauhi pusat titik tertentu yang dianggap merupakan pusat alam semesta. Memang menurut teori bigbang  dikatakan bahwa jagad r a y a berkembang serentak, bagai balon demikian para Bigbangist berkelit, tetapi balonpun juga memiliki titik pusat kan?  Sebagai bukti, perkembangan galaksi umumnya searah menjauhi bumi, dan mengapa cluster of galaxies maupun super cluster dikecualikan? maksudnya mengapa tidak konsisten dengan bigbang? mengapa arah gerakannya ada yang tidak sesuai dengan prediksi teori Bigbang?
4.       Galaksi bimasakti memerlukan 200 juta tahun untuk ber-revolusi satu kali, bila umur alam semesta hanya sekitar 10 milyar tahun maka Galaksi bimasakti hanya sempat ber-revolusi 50 kali dari awal terbentuk hingga sekarang. Sangat meragukan apakah 50 kali revolusi cukup untuk membentuk semua tatasurya yang ada di galaksi?
5.       Dalam astronomy, ekspansi (pergerakan galaksi yang menjauh) dianggap dimulai diluar kumpulan g a l a k s i l o k a l (500.000 parsecs), karena metode y a n g d i p a k a i adalah metode g e s e r me r a h (redshift).  Hal ini me n u n j u k k a n bahwa apabila  redshift benar disebabkan efek Dopple r maka ekspansi juga benar, tetapi apabila redshift ternyata bukan dari efek Doppler atau efek Doppler nya salah dimengerti, maka teori ekspansi juga harus gugur dengan sendirinya, karena logika yang mendasarinya tidak benar atau mungkin hanya sebagian benar (bila terbukti redshift juga disebabkan oleh hal lain).
6.       Teori yang tak terbantahkan adalah bahwa ada  galaksi yang telah, sedang dan akan terbentuk, apabila alam semesta berasal dari bigbang, maka seharusnya dianggap bahwa bumi adalah pusat alam semesta, karena semua observasi yang kita lakukan adalah dari bumi, dengan demikian semua galaksi yang tampak menjauh relatif terhadap bumi, maka bumi secara tidak langsung merupakan pusat alam semesta. Seharusnya Secara otomatis fase-fase pembentukan galaksi juga berbanding lurus dengan jarak relatifnya terhadap bumi  (anggaplah bumi  berada di  pusat lingkaran).  Kenyataannya tidaklah demikian, mengapa fase-fase perkembangan galaksi ini tersebar secara acak di seluruh jagat raya? Dan bentuknya tidak sesuai dengan nilai redshiftnya?

Sumber Bacaan : Fabian H. Chandra, Kosmologi : studi struktur dan asal mula alam semesta perbandingan prespektif buddhis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar