Kamis, 17 April 2014

Perhitungan Menentukan Gerhana Bulan


Setelah mengetahui kemungkinan terjadinya gerhana Bulan pada tahun yang dihitung, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gerhana Bulan. Adapun langkah-langkah perhitungan gerhana Bulan antara lain :

1.    Melakukan perhitungan konversi tanggal atau menukar kalender penanggalan, yakni dari penanggalan Hijriyah ke penanggalan Masehi untuk tanggal kemungkinan terjadinya gerhana.
2.    Menentukan saat Bulan beroposisi (istiqbal). Adapun  langkah-langkah yang diperlukan antara lain :[1]
a.    Mencari FIB terbesar, pada kolom Fraction Ilumination Bulan. Kemudian catat waktu yang menunjukkan FIB terbesar tersebut. Perlu diperhatikan bahwa FIB terbesar bisa terjadi sebelum maupun sesudah tanggal yang dikonversi. Kemudian untuk memastikan kemungkinan terjadi gerhana Bulan, yakni dengan melihat harga mutlak lintang Bulan pada kolom Apparent Latitude Bulan, saat FIB terbesar.
b.    Menyiapkan data ELM (Ecliptic Longitude Matahari) dan ALB (Apparent Longitude Bulan pada saat FIB terbesar.
c.    Menghitung sabaq Matahari (B1), atau gerak Matahari setiap jam dengan cara menghitung harga mutlak selisih antara data ELM pada jam FIB terbesar dengan ELM pada satu jam berikutnya.
d.   Menghitung sabaq Bulan (B2), atau gerak Bulan setiap jam dengan cara menghitung  data ALB pada jam FIB terbesar dengan data ALB pada satu jam berikutnya.
e.    Menghitung jarak Matahari dan Bulan (MB) dengan rumus :
MB = ELM – (ALB-180)
f.     Menghitung Sabaq Bulan Mu’addal (SB) dengan rumus :
SB = B2 – B1
g.    Menghitung titik istiqbal dengan rumus :
Titik istiqbal  = MB : SB
h.    Menghitung waktu istiqbal :
Istiqbal = waktu FIB + titik istiqbal – 00 : 01 : 49.29
3.      Mempersiapkan data-data yang dalam Ephemeris pada saat istiqbal secara interpolasi. Adapun data-data tersebut antara lain :[2]
a.         Semidiameter Bulan (SD() pada kolom Semi Diameter Bulan.
b.         Horizontal Parallaks Bulan (HP() pada kolom Horizontal Paralaks Bulan.
c.         Lintang Bulan (L() pada kolom Apparent Latitude Bulan.
d.        Semidiameter Matahari (SDo) pada kolom semidiameter.
e.         Jarak Bumi (JB) pada kolom True Geocentric Distance Matahari.
4.      Menghitung awal dan akhir gerhana dengan rumus sebagai berikut :
Adapun langkah-langkah dalam menentukan awal dan akhir gerhana adalah sebagai berikut :[3]
*        Menghitung Horizontal Parallaks Matahari (HPo) dengan rumus :
Sin HPo = Sin 08.794” : JB
*        Menghitung jarak Bulan dari titik simpul  (H) dengan rumus:
Sin H = Sin L( : Sin 5
*        Menghitung lintang Bulan maksimum terkoreksi (U) dengan rumus :
Tan U = [ Tan L( : Sin H]
*      Menghitung lintang Bulan minimum terkoreksi (Z) dengan rumus :
Sin Z = [Sin U x Sin H]
*      Menghitung kecepatan Bulan relatif terhadap matahari (K) dengan rumus :
K = Cos L( x SB : Cos U
*        Menghitung besarnya semidiameter bayangan inti Bumi (D) dengan rumus :
D = (HP( + HPo – SDo) x 1.02
*        Menghitung jarak titik pusat bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika Piringan Bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (X) dengan rumus : 
X = D + SD(
*        Menghitung jarak titik pusat bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika seluruh piringan Bulan mulai masuk bayangan inti bumi (Y) dengan rumus :
Y = D - SD(
*        Menghitung jarak titik pusat Bulan ketika piringan Bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti Bumi sampai titik pusat bualan saat segaris dengan bayangan inti Bumi (C) dengan rumus : Cos C = Cos X : Cos Z
*        Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika piringan Bulan bersentuhan dengan bayangan inti Bumi sampai ketika titik pusat Bulan segaris dengan bayangan inti Bumi (T1) dengan rumus : T1 = C : K
Adapun yang perlu diingat, jika jarak titik pusat bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan (Y) lebih kecil daripada lintang Bulan minimum terkoreksi (Z), maka akan terjadi gerhana Bulan sebagian. Oleh karena itu, tidak perlu menghitung E dan T2.[4]
*        Menghitung jarak titik pusat Bulan saat segaris dengan bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika seluruh piringan Bulan masuk pada bayangan inti Bumi (E) dengan rumus : Cos E = Cos Y : Cos Z
*        Menghitung waktu yang diperlukan oleh Bulan untuk berjalan mulai titik pusat Bulan saat segaris dengan bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika seluruh piringan Bulan masuk pada bayangan inti Bumi (T2) dengan rumus :
 T2 = E : K
*        Menentukan koreksi pertama terhadap kecepatan Bulan (Ta) dengan rumus :
Ta = Cos H : Sin K
*        Koreksi kedua terhadap kecepatan Bulan (Tb) dengan rumus : Tb = Sin L( : Sin K
*        Menghitung waktu gerhana (T0) dengan rumus :T0 = [ Sin 0.05 x Ta x Tb]
*        Menghitung waktu titik tengah gehana (Tgh) dengan cara  : memperhatikan lintang Bulan (L() dalam kolom Apparent Latitude Bulan pada jam FIB terbesar dan pada satu jam berikutnya.
·           Jika harga mutlak lintang Bulan semakin mengecil, maka menggunakan rumus :   Tgh = Istiqbal + T0 – ΔT
·           Jika harga mutlak lintang Bulan semakin membesar, maka menggunakan rumus :  Tgh = Istiqbal - T0 – ΔT
·           Catatan : [5]
ü  ΔT adalah koreksi waktu TT menjadi GMT.
ü  Bila ingin menggunakan waktu WIB, maka tambahkan 7 jam.
ü  Bila hasil penambahan tersebut lebih besar dari 24, maka kurangilah 24, sisanya itulah waktu bidik gerhana tetapi terjadi pada tanggal berikutnya.
*        Menghitung waktu mulai gerhana dengan rumus : Mulai gerhana = Tgh – T1
*        Menghitung waktu mulai gerhana total dengan rumus : Mulai total = Tgh – T2
*        Menghitung waktu selesai gerhana total dengan rumus : Selesai total = Tgh + T2
*        Menghitung waktu selesai gerhana dengan rumus : Selesai gerhana = Tgh + T1
Catatan :
Bila awal gerhana lebih besar daripada waktu Matahari terbit di suatu tempat, atau akhir gerhana lebih kecil daripada waktu terbenam Matahari ditempat itu, maka gerhana tidak tampak dari tempat tersebut.
5.      Mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan, yakni menyatakan hari apa, tanggaldan jam terjadinya gerhana Bulan.


[1] Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2007, hlm. 218-129
[2] Ibid, hlm. 219-220
[3] Ibid, hlm. 220-223
[4] Ibid, hlm. 221
[5] Ibid, hlm. 222

Tidak ada komentar:

Posting Komentar